aplikasi ti dalam layanan informasi khususnya penggunaan blog

ALASAN-ALASAN MEMILIH WEBLOG

Mengapa memilih Weblog ?  Fichter memberikan alasan karena penggunaan blog yang sangat mudah. Pustakawan tidak perlu memiliki keahlian khusus dalam penulisan web. Cukup hanya berbekal ¿bisa berinternet¿ saja. Pustakawan hanya perlu menuliskan identitas diri untuk kemudian memilih desain. Setelah itu perpustakaan sudah memiliki sebuah blog.  Nasution (2007) menambahkan berbagai alasan menggunakan blog. Ada 8 alasan yang dikemukakan. Yang pertama adalah tanpa biaya. Hal ini dikarenakan penyedia layanan web untuk membuat blog banyak ditawarkan tanpa biaya, atau kalau dengan biaya biasanya relatif sangat murah. Bandingkan hal ini dengan pembuatan situs Web yang perlu biaya lumayan untuk mendaftarkan URL yang dipilih.  Yang kedua adalah mudah. Pengguna tidak perlu mempunyai pengetahuan yang canggih akan bahasa HTML dan sebagainya. Cukup mendaftarkan diri di penyedia layanan blog yang tersedia. Pengguna sudah dapat ber blogging ria. Selanjutnya, yang ketiga, adalah cocok untuk siapa saja. Yang keempat adalah memberikan ¿sense of purpose.¿ Kelima, melatih kemampuan berfikir. Keenam, sebagai tempat untuk berbagi dan berekspresi. Hal ini dimungkinkan dengan adanya fitur komentar di dalam pembuatan blog tersebut. Dan yang ketujuh adalah memiliki komunitas sendiri. Dengan pilihan topik yang khas dan unik, hal ini mengundang komunitas tersendiri untuk berbagi tentang topik yang dipilih tersebut. Yang terakhir adalah sebagai “The New Media” di Internet.
Selanjutnya, Abram seperti dikutip Albanese (2006) mengatakan  blog dapat digunakan untuk membuat folksonomies dan message board. Blog juga dapat menciptakan  context, pembelajaran, komunitas, dan memperbaiki kualitas. Blog bahkan memungkinkan pengguna untuk menambahkan review pada katalog perpustakaan. Hal ini adalah trend jangka panjang. Evan juga dikutip oleh Albanese mengemukakan pendapatnya berbagai interaksi online yang tidak formal sangat penting bagi masa depan perpustakaan. Dengan berbagai alasan diatas, blog merupakan salah satu peluang untuk memasarkan produk dan layanan perpustakaan.

KEGUNAAN BLOG

Apa saja yang bisa dilakukan dengan blog? Fitcher menuliskan yang bisa dilakukan perpustakaan dengan blog sebagai berikut:
1) Mempromosikan kegiatan perpustakaan
2) Mendukung pengguna perpustakaan yang setia memanfaatkan layanan perpustakaan
3) Menciptakan kedekatan dengan komunitas yang dilayani
4) Mendukung komunitas yang dilayani
5) Menciptakan ikatan-ikatan baru

Dengan keterbatasan SDM, waktu, dan dana yang merupakan keluhan yang sering kita dengarkan dari para pustakawan, blog merupakan pilihan yang sangat sesuai untuk mempromosikan kegiatan perpustakaan. Tentunya dalam hal ini dituntut kekreatifan pustakawan untuk memanfaatkan fasilitas yang murah meriah ini. Contoh kegiatan pemasaran layanan perpustakaan  yang dapat dilakukan dengan fasilitas blog ini adalah  promosi koleksi baru yang dimiliki perpustakaan. Fitcher menyarankan untuk mengelompokkan koleksi baru kedalam topik-topik yang menarik seperti: horror, misteri, roman, fiksi dan lain sebagainya.  Sangat menarik apabila diadakan review buku baru dan didiskusikan dengan pengguna dan libatkan pengguna agar bisa merekomendasikan ke pengguna lain. Dapat juga dilakukan promosi program minat baca bagi komunitas yang dilayani, seperti yang dilakukan oleh perpustakaan penulis di  perpustakaan umum Cobb County di Georgia-Amerika dalam mempromosikan program membaca Let¿s Read Cobb!  Dan masih banyak kegiatan perpustakaan lainnya yang dapat dibuat interaktif  dengan pengguna sehingga membuat blog perpustakaan tersebut menarik ditengah tengah keberadaan blog blog lainnya di alam maya ini.
Fitcher memberikan tip-tip berguna  yang dapat menarik pengguna untuk mengunjungi blog perpustakaan tersebut, misalnya kutipan-kutipan dari karya-karya sastra terkenal yang selalu di update setiap hari, mengadakan kuis setiap hari Jumat, berbagi hal-hal yang pengalaman-pengalaman yang menarik tentang kampus seminggu sekali dan lain sebagainya. Fitcher juga menegaskan jangan terlalu takut untuk mengembangkan ¿keunikan¿ dari blog yang dimiliki perpustakaan.
Tidak akan mengherankan apabila kemudian dengan blog perpustakaan ini akan dapat meraih komunitas baru. Dengan sifat blog yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, perpustakaan berkesempatan dapat menjangkau pengguna sebanyak mungkin.

WAKTU YANG TEPAT MENGGUNAKAN BLOG

Kapan saatnya perpustakaan menggunakan blog?  Fitcher menuliskan pastikan terlebih dahulu blog adalah alat yang tepat untuk memasarkan perpustakaan. Perpustakaan harus menentukan terlebih dahulu ¿siapa yang menjadi target pengguna.¿ Apakah memang target pengguna perpustakaan adalah orang-orang yang sudah terbiasa menggunakan internet? Apakah target pengguna adalah orang-orang yang menyukai hal baru? Apakah perpustakaan ingin menjangkau pengguna yang lebih luas lagi?

Setelah menentukan target dan lingkup pengguna perpustakaan,  perpustakaan harus menentukan pesan apa yang akan disampaikan melalui blog.  Dalam hal ini perpustakaan dituntut untuk memahami keinginan pengguna dan kreatif. Langkah berikutnya adalah memilih blogging tools.  Perpustakaan bisa memulainya dengan mencoba setidaknya dua atau tiga penyedia layanan blog. Dengan mencoba beberapa blog, perpustakaan bisa memilih blog seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.

LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN BLOG

Sebelum memulai membuat blog, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih penyedia layanan blog. Ada beberapa pilihan penyedia layanan blog secara gratis seperti tercantum di bawah ini:

PENYEDIA LAYANAN BLOG

ALAMAT

B2 http://www.cafelog.com/
Blog City http://www.blog-city.com/
Blogger.com http://www.blogger.com
Blosxom http://www.blosxom.com/
FogCreek’s CityDesk http://www.fogcreek.com/CityDesk
Live Journal http://www.livejournal.com/
Nucleus CMS http://nucleuscms.org/
Onclave http://www.onclave.org/
Pitas http://www.pitas.com/
Pmachine http://www.pmachine.com/
Web Crimson http://webcrimson.com/
WordPress http://www.wordpress.com/
Xangan http://www.xanga.com/

Pustakawan perlu untuk melihat-lihat berbagai layanan blog yang ditawarkan untuk memastikan layanan blog mana yang sesuai. Setelah memilih layanan blog yang sesuai, pustakawan dapat dengan mudah mengikuti langkah-langkah yang diberikan melalui layanan blog yang telah dipilih tersebut. Berikut ini akan diberikan contoh langkah-langkah sederhana pembuatan blog.
Langkah-langkah sederhana pembuatan blog dapat ditampilkan sebagai berikut:
Pilih salah satu penyedia layanan blog (lihat daftar yang telah diberikan di atas). Contoh pada gambar 3 dan gambar 4 menampilkan situs wordpress.com dan situs blogger.com yang menawarkan layanan pembuatan blog gratis. Segera setelah blog diaktifkan, langkah-langkah berikutnya yang diberikan oleh masing-masing penyedia layanan blog sangat mudah untuk diikuti. Dalam sekejab, perpustakaan sudah memiliki salah satu media online sebagai sebuah peluang untuk memasarkan layanan perpustakaan yang ada.
Setelah menentukan penyedia layanan blog, tiga langkah mudah dalam pembuatan blog, yaitu:
– membuat account
– memberi nama blog
– memilih template

Tentunya sebelum memulai membuat blog ini, hal yang harus dipikirkan oleh perpustakaan dengan serius adalah cetak biru dari blog yang akan dibangun ini. Perpustakaan tidak hanya mengikuti trend dari pembuatan blog yang  menjamur dimana-mana, akan tetapi telah dipikirkan tentang maksud dan tujuan serta pesan yang diemban dengan pembuatan blog ini. Dan yang tak kalah pentingnya adalah  kemampuan untuk  senantiasa meng¿update¿ pesan/isi dari blog tersebut. Selalu meng¿update¿ informasi  adalah salah satu ciri dari blog. Apabila perpustakaan memang menginginkan blognya diminati pengguna, perpustakaan harus siap mengelola isi informasi dari blog. Selain selalu meng¿update¿ informasi, perpustakaan juga dapat memasarkan blognya melalui promosi ke pengguna, promosi ke berbagai milis perpustakaan ataupun milis-milis yang diminati pengguna.
Blair (2006) menyamakan kelahiran blog dengan kelahiran bayi. Kalau orangtua merencanakan dengan teliti kelahiran bayinya, demikian juga seorang blogger (pengguna blog) harus melakukan hal yang sama.  Seperti menginginkan kelahiran seorang bayi, memulai sebuah blog juga merupakan komitmen jangka panjang. Ruang lingkup yang jelas, target pengguna yang jelas, penampakan yang professional, dan pemeliharaan yang berkelanjutan, semuanya tidak terjadi hanya dalam waktu semalam saja. Blair menambahkan langkah-langkah ¿melahirkan¿ sebuah blog yang bisa berumur panjang (dalam arti benar-benar diminati dan berdaya guna) adalah:
1) Ruang lingkup/visi
2) Identifikasi pengguna utama dan sekunder
3) Tentukan topik-topik utama
4) Sumber dari isi/berita yang jelas darimana diperoleh
5) Penjadwalan
6) Ide-ide untuk pemasaran dan peluncuran
7) Kriteria evaluasi
8) Rambu-rambu publikasi
9) Rambu-rambu editorial
10)Ukuran keberhasilan

Menentukan ruang lingkup blog dari awal akan mencegah blog keluar dari tujuan awal. Dengan penentuan ruang lingkup dari awal akan membuat pemilihan isi senantiasa konsisten. Setelah menentukan ruang lingkup, langkah berikutnya adalah mengidentifikasikan siapa pengguna utama dan sekunder. Mengidentifikasikan pengguna utama akan membantu mengetahui hal-hal yang menarik perhatian pengguna. Dengan memahami siapa pengguna utama akan membuat blog yang dibuat tidak salah sasaran.
Setelah mengerti ruang lingkup dan pengguna, berikutnya adalah menentukan topik-topik yang menjadi prioritas. Keberhasilan berkomunikasi dengan pengguna juga ditentukan oleh topik-topik yang jelas dan sesuai minat.
Langkah berikutnya adalah sumber-sumber yang digunakan untuk isi yang baru. Darimana sumber berasal harus ditentukan dengan jelas. Perpustakaan diharapkan menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya sebagai acuan untuk membuat isi baru.
Menentukan jadwal sangat penting dalam dunia perblog-an.  Blair (2006) mengemukakan pengalamannya yang membutuhkan sekitar 6 bulan dimulai dari pertemuan-pertemuan (rapat-rapat) sampai dengan diluncurkannya sebuah blog. Bagaimanapun juga proses pembuatan blog memerlukan waktu yang tidak pendek dan harus dipikirkan dengan serius. Promosi dan peluncuran blog perpustakaan harus memperhatikan waktu yang tepat. Bagi perpustakaan universitas misalnya waktu peluncuran disesuaikan dengan saat-saat mahasiswa tidak sedang libur dan tidak sedang menjalani ujian. Peluncuran blog perpustakaan membutuhkan waktu yang tidak pendek, untuk mengetahui ketertarikan pengguna yang menjadi sasaran.
Selanjutnya menentukan kriteria evaluasi keberhasilan blog. Jumlah pengunjung blog, siapa saja yang mengunjungi, respon pengunjung,  bisa dijadikan masukan untuk keberhasilan blog. Kalau perlu diadakan survey khusus dalam hal ini.  Keteraturan ¿update¿ menjadi langkah berikut yang harus diperhatikan. Blair (2006) menyatakan keteraturan update merupakan kunci agar pengguna setia untuk mengunjungi blog perpustakaan yang dibangun tersebut. Yang harus dilakukan berikutnya adalah adanya rambu-rambu editorial yang jelas. Informasi seperti apa? Seberapa panjang informasinya? Topik-topik apa saja yang diperbolehkan?.
Langkah terakhir dalam pembuatan blog yang sukses adalah mengukur kesuksesan itu sendiri. Setelah pada langkah diatas diukur respon pengguna, untuk kemudian diperbaiki hal-hal yang penting untuk menarik pengunjung, apakah pengguna semakin meningkat, apakah blog diupdate dengan teratur? Apakah setiap posting menarik bagi pengguna?  Banyakkah pengguna yang setia?

CONTOH BLOG PERPUSTAKAAN

Perpustakaan Georgia State University (http://www.library.gsu.edu/news/) adalah salah satu contoh perpustakaan yang membangun blognya dengan serius. Setiap waktu selalu ada berbagai posting terbaru yang berisi berbagai kegiatan, berita terbaru perpustakaan maupun mempromosikan berbagai resources yang dimiliki perpustakaan. Tampilan dari blog tersebut dapat dilihat di situs blog mereka: http://www.library.gsu.edu/news/ dan seperti tampak dalam gambar 5 di bawah ini.

Perpustakaan Umum Waterboro juga memiliki blog yang sangat dinamis. Berbagai berita perpustakaan dan promosi layanan informasi senantiasa diperbarui dari hari ke hari. Tampilan blog perpustakaan Umum Waterboro dapat dilihat di situs mereka di http://www.waterborolibrary.org/blog.htm dan seperti terlihat pada gambar 6 di bawah ini.

Di Indonesia, blog belum terlalu dimanfaatkan oleh perpustakaan. Putu Pendit, seorang pustakawan Indonesia yang telah membangun sebuah blog dan melalui blognya, Putu Pendit berbagi pengalaman penelitian di bidang perpustakaan dan informasi di Indonesia. Blog Putu Pendit dapat dilihat di http://360.yahoo.com/putu_pendit dan seperti terlihat di gambar 7.

ALASAN-ALASAN MEMILIH WEBLOG
Mengapa memilih Weblog ? Fichter memberikan alasan karena penggunaan blog yang sangat mudah. Pustakawan tidak perlu memiliki keahlian khusus dalam penulisan web. Cukup hanya berbekal ¿bisa berinternet¿ saja. Pustakawan hanya perlu menuliskan identitas diri untuk kemudian memilih desain. Setelah itu perpustakaan sudah memiliki sebuah blog. Nasution (2007) menambahkan berbagai alasan menggunakan blog. Ada 8 alasan yang dikemukakan. Yang pertama adalah tanpa biaya. Hal ini dikarenakan penyedia layanan web untuk membuat blog banyak ditawarkan tanpa biaya, atau kalau dengan biaya biasanya relatif sangat murah. Bandingkan hal ini dengan pembuatan situs Web yang perlu biaya lumayan untuk mendaftarkan URL yang dipilih. Yang kedua adalah mudah. Pengguna tidak perlu mempunyai pengetahuan yang canggih akan bahasa HTML dan sebagainya. Cukup mendaftarkan diri di penyedia layanan blog yang tersedia. Pengguna sudah dapat ber blogging ria. Selanjutnya, yang ketiga, adalah cocok untuk siapa saja. Yang keempat adalah memberikan ¿sense of purpose.¿ Kelima, melatih kemampuan berfikir. Keenam, sebagai tempat untuk berbagi dan berekspresi. Hal ini dimungkinkan dengan adanya fitur komentar di dalam pembuatan blog tersebut. Dan yang ketujuh adalah memiliki komunitas sendiri. Dengan pilihan topik yang khas dan unik, hal ini mengundang komunitas tersendiri untuk berbagi tentang topik yang dipilih tersebut. Yang terakhir adalah sebagai “The New Media” di Internet.
Selanjutnya, Abram seperti dikutip Albanese (2006) mengatakan blog dapat digunakan untuk membuat folksonomies dan message board. Blog juga dapat menciptakan context, pembelajaran, komunitas, dan memperbaiki kualitas. Blog bahkan memungkinkan pengguna untuk menambahkan review pada katalog perpustakaan. Hal ini adalah trend jangka panjang. Evan juga dikutip oleh Albanese mengemukakan pendapatnya berbagai interaksi online yang tidak formal sangat penting bagi masa depan perpustakaan. Dengan berbagai alasan diatas, blog merupakan salah satu peluang untuk memasarkan produk dan layanan perpustakaan.
KEGUNAAN BLOG
Apa saja yang bisa dilakukan dengan blog? Fitcher menuliskan yang bisa dilakukan perpustakaan dengan blog sebagai berikut:
1) Mempromosikan kegiatan perpustakaan
2) Mendukung pengguna perpustakaan yang setia memanfaatkan layanan perpustakaan
3) Menciptakan kedekatan dengan komunitas yang dilayani
4) Mendukung komunitas yang dilayani
5) Menciptakan ikatan-ikatan baru
Dengan keterbatasan SDM, waktu, dan dana yang merupakan keluhan yang sering kita dengarkan dari para pustakawan, blog merupakan pilihan yang sangat sesuai untuk mempromosikan kegiatan perpustakaan. Tentunya dalam hal ini dituntut kekreatifan pustakawan untuk memanfaatkan fasilitas yang murah meriah ini. Contoh kegiatan pemasaran layanan perpustakaan yang dapat dilakukan dengan fasilitas blog ini adalah promosi koleksi baru yang dimiliki perpustakaan. Fitcher menyarankan untuk mengelompokkan koleksi baru kedalam topik-topik yang menarik seperti: horror, misteri, roman, fiksi dan lain sebagainya. Sangat menarik apabila diadakan review buku baru dan didiskusikan dengan pengguna dan libatkan pengguna agar bisa merekomendasikan ke pengguna lain. Dapat juga dilakukan promosi program minat baca bagi komunitas yang dilayani, seperti yang dilakukan oleh perpustakaan penulis di perpustakaan umum Cobb County di Georgia-Amerika dalam mempromosikan program membaca Let¿s Read Cobb! Dan masih banyak kegiatan perpustakaan lainnya yang dapat dibuat interaktif dengan pengguna sehingga membuat blog perpustakaan tersebut menarik ditengah tengah keberadaan blog blog lainnya di alam maya ini.
Fitcher memberikan tip-tip berguna yang dapat menarik pengguna untuk mengunjungi blog perpustakaan tersebut, misalnya kutipan-kutipan dari karya-karya sastra terkenal yang selalu di update setiap hari, mengadakan kuis setiap hari Jumat, berbagi hal-hal yang pengalaman-pengalaman yang menarik tentang kampus seminggu sekali dan lain sebagainya. Fitcher juga menegaskan jangan terlalu takut untuk mengembangkan ¿keunikan¿ dari blog yang dimiliki perpustakaan.
Tidak akan mengherankan apabila kemudian dengan blog perpustakaan ini akan dapat meraih komunitas baru. Dengan sifat blog yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, perpustakaan berkesempatan dapat menjangkau pengguna sebanyak mungkin.
WAKTU YANG TEPAT MENGGUNAKAN BLOG
Kapan saatnya perpustakaan menggunakan blog? Fitcher menuliskan pastikan terlebih dahulu blog adalah alat yang tepat untuk memasarkan perpustakaan. Perpustakaan harus menentukan terlebih dahulu ¿siapa yang menjadi target pengguna.¿ Apakah memang target pengguna perpustakaan adalah orang-orang yang sudah terbiasa menggunakan internet? Apakah target pengguna adalah orang-orang yang menyukai hal baru? Apakah perpustakaan ingin menjangkau pengguna yang lebih luas lagi?
Setelah menentukan target dan lingkup pengguna perpustakaan, perpustakaan harus menentukan pesan apa yang akan disampaikan melalui blog. Dalam hal ini perpustakaan dituntut untuk memahami keinginan pengguna dan kreatif. Langkah berikutnya adalah memilih blogging tools. Perpustakaan bisa memulainya dengan mencoba setidaknya dua atau tiga penyedia layanan blog. Dengan mencoba beberapa blog, perpustakaan bisa memilih blog seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN BLOG
Sebelum memulai membuat blog, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih penyedia layanan blog. Ada beberapa pilihan penyedia layanan blog secara gratis seperti tercantum di bawah ini:
PENYEDIA LAYANAN BLOG ALAMAT
B2 http://www.cafelog.com/

Blog City http://www.blog-city.com/

Blogger.com http://www.blogger.com

Blosxom http://www.blosxom.com/

FogCreek’s CityDesk http://www.fogcreek.com/CityDesk

Live Journal http://www.livejournal.com/

Nucleus CMS http://nucleuscms.org/

Onclave http://www.onclave.org/

Pitas http://www.pitas.com/

Pmachine http://www.pmachine.com/

Web Crimson http://webcrimson.com/

WordPress http://www.wordpress.com/

Xangan http://www.xanga.com/

Pustakawan perlu untuk melihat-lihat berbagai layanan blog yang ditawarkan untuk memastikan layanan blog mana yang sesuai. Setelah memilih layanan blog yang sesuai, pustakawan dapat dengan mudah mengikuti langkah-langkah yang diberikan melalui layanan blog yang telah dipilih tersebut. Berikut ini akan diberikan contoh langkah-langkah sederhana pembuatan blog.
Langkah-langkah sederhana pembuatan blog dapat ditampilkan sebagai berikut:
Pilih salah satu penyedia layanan blog (lihat daftar yang telah diberikan di atas). Contoh pada gambar 3 dan gambar 4 menampilkan situs wordpress.com dan situs blogger.com yang menawarkan layanan pembuatan blog gratis. Segera setelah blog diaktifkan, langkah-langkah berikutnya yang diberikan oleh masing-masing penyedia layanan blog sangat mudah untuk diikuti. Dalam sekejab, perpustakaan sudah memiliki salah satu media online sebagai sebuah peluang untuk memasarkan layanan perpustakaan yang ada.

Setelah menentukan penyedia layanan blog, tiga langkah mudah dalam pembuatan blog, yaitu:
– membuat account
– memberi nama blog
– memilih template
Tentunya sebelum memulai membuat blog ini, hal yang harus dipikirkan oleh perpustakaan dengan serius adalah cetak biru dari blog yang akan dibangun ini. Perpustakaan tidak hanya mengikuti trend dari pembuatan blog yang menjamur dimana-mana, akan tetapi telah dipikirkan tentang maksud dan tujuan serta pesan yang diemban dengan pembuatan blog ini. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk senantiasa meng¿update¿ pesan/isi dari blog tersebut. Selalu meng¿update¿ informasi adalah salah satu ciri dari blog. Apabila perpustakaan memang menginginkan blognya diminati pengguna, perpustakaan harus siap mengelola isi informasi dari blog. Selain selalu meng¿update¿ informasi, perpustakaan juga dapat memasarkan blognya melalui promosi ke pengguna, promosi ke berbagai milis perpustakaan ataupun milis-milis yang diminati pengguna.
Blair (2006) menyamakan kelahiran blog dengan kelahiran bayi. Kalau orangtua merencanakan dengan teliti kelahiran bayinya, demikian juga seorang blogger (pengguna blog) harus melakukan hal yang sama. Seperti menginginkan kelahiran seorang bayi, memulai sebuah blog juga merupakan komitmen jangka panjang. Ruang lingkup yang jelas, target pengguna yang jelas, penampakan yang professional, dan pemeliharaan yang berkelanjutan, semuanya tidak terjadi hanya dalam waktu semalam saja. Blair menambahkan langkah-langkah ¿melahirkan¿ sebuah blog yang bisa berumur panjang (dalam arti benar-benar diminati dan berdaya guna) adalah:
1) Ruang lingkup/visi
2) Identifikasi pengguna utama dan sekunder
3) Tentukan topik-topik utama
4) Sumber dari isi/berita yang jelas darimana diperoleh
5) Penjadwalan
6) Ide-ide untuk pemasaran dan peluncuran
7) Kriteria evaluasi
8) Rambu-rambu publikasi
9) Rambu-rambu editorial
10)Ukuran keberhasilan
Menentukan ruang lingkup blog dari awal akan mencegah blog keluar dari tujuan awal. Dengan penentuan ruang lingkup dari awal akan membuat pemilihan isi senantiasa konsisten. Setelah menentukan ruang lingkup, langkah berikutnya adalah mengidentifikasikan siapa pengguna utama dan sekunder. Mengidentifikasikan pengguna utama akan membantu mengetahui hal-hal yang menarik perhatian pengguna. Dengan memahami siapa pengguna utama akan membuat blog yang dibuat tidak salah sasaran.
Setelah mengerti ruang lingkup dan pengguna, berikutnya adalah menentukan topik-topik yang menjadi prioritas. Keberhasilan berkomunikasi dengan pengguna juga ditentukan oleh topik-topik yang jelas dan sesuai minat.
Langkah berikutnya adalah sumber-sumber yang digunakan untuk isi yang baru. Darimana sumber berasal harus ditentukan dengan jelas. Perpustakaan diharapkan menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya sebagai acuan untuk membuat isi baru.
Menentukan jadwal sangat penting dalam dunia perblog-an. Blair (2006) mengemukakan pengalamannya yang membutuhkan sekitar 6 bulan dimulai dari pertemuan-pertemuan (rapat-rapat) sampai dengan diluncurkannya sebuah blog. Bagaimanapun juga proses pembuatan blog memerlukan waktu yang tidak pendek dan harus dipikirkan dengan serius. Promosi dan peluncuran blog perpustakaan harus memperhatikan waktu yang tepat. Bagi perpustakaan universitas misalnya waktu peluncuran disesuaikan dengan saat-saat mahasiswa tidak sedang libur dan tidak sedang menjalani ujian. Peluncuran blog perpustakaan membutuhkan waktu yang tidak pendek, untuk mengetahui ketertarikan pengguna yang menjadi sasaran.
Selanjutnya menentukan kriteria evaluasi keberhasilan blog. Jumlah pengunjung blog, siapa saja yang mengunjungi, respon pengunjung, bisa dijadikan masukan untuk keberhasilan blog. Kalau perlu diadakan survey khusus dalam hal ini. Keteraturan ¿update¿ menjadi langkah berikut yang harus diperhatikan. Blair (2006) menyatakan keteraturan update merupakan kunci agar pengguna setia untuk mengunjungi blog perpustakaan yang dibangun tersebut. Yang harus dilakukan berikutnya adalah adanya rambu-rambu editorial yang jelas. Informasi seperti apa? Seberapa panjang informasinya? Topik-topik apa saja yang diperbolehkan?.
Langkah terakhir dalam pembuatan blog yang sukses adalah mengukur kesuksesan itu sendiri. Setelah pada langkah diatas diukur respon pengguna, untuk kemudian diperbaiki hal-hal yang penting untuk menarik pengunjung, apakah pengguna semakin meningkat, apakah blog diupdate dengan teratur? Apakah setiap posting menarik bagi pengguna? Banyakkah pengguna yang setia?
CONTOH BLOG PERPUSTAKAAN
Perpustakaan Georgia State University (http://www.library.gsu.edu/news/) adalah salah satu contoh perpustakaan yang membangun blognya dengan serius. Setiap waktu selalu ada berbagai posting terbaru yang berisi berbagai kegiatan, berita terbaru perpustakaan maupun mempromosikan berbagai resources yang dimiliki perpustakaan. Tampilan dari blog tersebut dapat dilihat di situs blog mereka: http://www.library.gsu.edu/news/ dan seperti tampak dalam gambar 5 di bawah ini.

Perpustakaan Umum Waterboro juga memiliki blog yang sangat dinamis. Berbagai berita perpustakaan dan promosi layanan informasi senantiasa diperbarui dari hari ke hari. Tampilan blog perpustakaan Umum Waterboro dapat dilihat di situs mereka di http://www.waterborolibrary.org/blog.htm dan seperti terlihat pada gambar 6 di bawah ini.

Di Indonesia, blog belum terlalu dimanfaatkan oleh perpustakaan. Putu Pendit, seorang pustakawan Indonesia yang telah membangun sebuah blog dan melalui blognya, Putu Pendit berbagi pengalaman penelitian di bidang perpustakaan dan informasi di Indonesia. Blog Putu Pendit dapat dilihat di http://360.yahoo.com/putu_pendit dan seperti terlihat di gambar 7.

JENIS, JENJANG, DAN TINGKAT SEKOLAH LANJUTAN

  1. SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, Inggris:junior high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).

Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat).

Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Sekolah menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah menengah pertama negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah menengah pertama negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.

Di beberapa negara, SMP berlaku sebagai jembatan antara sekolah dasar dengan sekolah menengah atas. Namun istilah tersebut dapat dipergunakan secara berbeda di beberapa negara, kadang-kadang saling berbanding terbalik. Untuk negara-negara yang mempergunakan bahasa Cina, khususnya di Cina, Taiwan dan Hong Kong, juga di Italia (= scuola media), SMP berkonotasi yang sama dengan secondary school.

Oleh karenanya di beberapa istilah di pemerintahan dan institusi pendidikan, SMP adalah nama lain dari “junior high school”, yang pada dasarnya suatu sekolah setelah sekolah dasar. Penamaan sebagai junior high mulai muncul sekitar tahun 1909 pada waktu pendirian sekolah Indianola Junior High School di Columbus, Ohio.[1] Sedangan konsep penamaan sebagai middle school mulai diperkenalkan pada tahun 1950 dari Bay City, Michigan.[1]

  1. Pendidikan menengah umum

Pendidikan menengah umum diselenggarakan oleh sekolah menengah atas (SMA) (sempat dikenal dengan “sekolah menengah umum” atau SMU) atau madrasah aliyah (MA). Pendidikan menengah umum dikelompokkan dalam program studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di perguruan tinggi dan hidup di dalam masyarakat. Pendidikan menengah umum terdiri atas 3 (tiga) tingkat.

Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah kejuruan (MAK). Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik secara nasional, regional maupun global, kecuali untuk program kejuruan yang terkait dengan upaya-upaya pelestarian warisan budaya. Pendidikan menengah kejuruan terdiri atas 3 (tiga) tingkat, dapat juga terdiri atas 4 (empat) tingkat sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_menengah

Posisi Sekolah Lanjutan Dalam Sistim Pendidikan di Indonesia

Penyelenggaraan lembaga–lembaga pendidikan di negara manapun di dunia dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal ini berdasarkan satu asumsi bahwa proses pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber daya manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri. Mc. Donald memberikan rumusan tentang pendidikan : “… is a process or an activity which is directed at producing desirable in the behavior of human beings.” Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. Secara sederhana,perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor ( Taksonomi Bloom ).
Pendapat lainnya, yaitu pendapat Mc. Donald yang didalammnya sejalan dengan pendapat Winarno Surakhmad yang mengemukakan bahwa : Pendididkan atau dipersempit dalam pengertian pengajaran, adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku. Menuju ke kedewasaan anak didik. Perubahan itu menunjuk pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses itu perubahan tidak mungkin terjadi, tanpa proses itu tujuan tak dapat dicapai. Dan proses yang dimaksud di sini adalah proses pendidikan.
Sedangkan pengertian pendidikan dari sudut pandang kebudayaan, Darji Darmodiharjo menjelaskan sebagai berikut : Pendidikan pada dasarnya merupakan sebagaimana dari kebudayaan yang mengarah kepada peradaban. Kebudayaan dalam arti luas adalah wujud perpaduan dari logika (pikiran), etika (kemauan), estetika (perasaan) dan praktika (karya) yang merupakan sistem nilai dan ide vital (gagasan) penting yang dihayati oleh sekelompok manusia (masyarakat) tertentu dalam kurun waktu tertentu pula.
Satu pengertian lain yang cukup esensi untuk dapat memahami pengertian pendidikan, dikemukakan oleh Max Muller sebagai mana dikemukakan kembali oleh B.S. Mardiatmadja, yaitu bahwa “Pendidikan adalah proses yang terorganisir untuk membantu agar seseorang mencapai bentuk dirinya yang benar sebagai manusia.”
Dari beberapa pengertian tentang “pendidikan” sebagaimana dikutif tersebut di atas sangat jelas bahwa pendidikan suatu kegiatan dalam upaya untuk mengubah tingkah laku objek didik ke arah positif. Pendidikan merangkum segi-segi intelektual, afektif dan psikomotorik manusia, juga menyentuh cipta rasa dan karsa. Pendidikan juga merangsang pikiran-pikiran, perasaan dan kehendak manusia untuk bertindak secara bijaksana dengan mempertimbangkan lingkungan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi yang di dalam gerakkannya berhubungan erat dengan bidang pendidikan mulai dari jenjang yang paling rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, yaitu mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama, Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi.
Pendidikan tidak saja penting secara individual, tetapi juga penting bagi proses pembangunan bangsa dan negara, apa lagi negara yang sedang membangun seperti halnya Indonesia akan sangat mengharapkan proses pendidikan dapat mencapai hasil yang optimal sehubungan dengan masih sangat diperlukannya sumber daya manusia terdidik; sumber daya manusia yang berkualitas demi mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan nasional serta era globalisasi yang penuh tantangan.
Pada era globalisasi, lembaga pendidikan harus dapat mencetak “leader-leader” yang tangguh dan berkualitas. “Leader–leader” pada masa yang akan datang harus dapat mengubah pola pikir untuk menyelesaikan sesuatu dengan kekuatan manusia (manpower) menjadi pola pikir kekuatan otak (mindpower). Konsep pendidikan juga harus dapat menghasilkan out put lembaga pendidikan yang dapat menciptakan “corporate culture”, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan norma–norma yang berlaku masa itu dan pada gilirannya tumbuh kreativitas dan inisiatif, sehingga munculah peluang baru (new opportunity). Out put pendidikan dimasa datang juga diharapkan dapat memandang manusia bukan sebagai pekerja tetapi sebagai mitra kerja dengan keunggulan yang berbeda. Dengan demikian, seorang leader yang keluar dari persaingan global, harus dapat memandang manusia sebagai manusia, bukan pekerja.
Sehubungan dengan peranannya itulah, maka penyelenggara pendidikan oleh lembaga–lembaga pendidikan perlu benar–benar mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari semua pihak demi optimalisasi pencapaian tujuan yang diinginkan.
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan ideal yang dalam proses upaya pencapaiannya dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan. Oleh karena itu, setiap institusional dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional telah menetapkan tujuan antara sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikannya.
Pada dewasa ini, upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan telah menjadi bahan wacana dan pemikiran para pakar pendidikan di Indonesia sehubungan dengan masih sangat rendahnya mutu pendidikan pada saat ini. Mutu pendidikan yang diharapkan pada setiap jenjang sekolah, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), minimal dapat mencapai tingkat ketercapaian tujuan pendidikan berdasarkan pada standar-standar tertentu.
Penetapan standar kompetensi siswa sebagai standar pencapaian minimal dari hasil proses pendidikan dilatarbelakangi oleh suatu harapan agar dapat tercipta pemerataan mutu minimal sebagai hasil proses pendidikan pada sekolah menengah umum. Hal ini menunjukkan satu kenyataan bahwa hasil pendidikan di Indonesia setelah lebih setengah abad kemerdekaannya, masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional sangat menyadari tentang kenyataan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, seperti pernyataan berikut ini :
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Berbicara mengenai keterpurukan mutu pendidikan di Indonesia dengan berbagai indikatornya, memang tidak akan habis-habisnya. Tetapi yang lebih penting dari pada itu adalah bagaimana cara mengatasinya dalam hubungannya dengan persoalan pendidikan di Indonesia antara lain mengenai perlunya pemahaman dan pengkajian tentang visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.
Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi kenyataan hasil yang dicapai masih tetap belum mencapai seperti apa yang diharapkan. Peningkatan mutu pendidikan masih tetap menjadi bahan diskusi yang “up to date” untuk dibahas.
Berdasarkan pengamatan dan anilisis yang dilakukan, Departemen Pendidikan Nasional menyimpulkan sebagai berikut : sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi. Faktor ketiga , peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, langkah yang diambil sebagai satu kebijakan adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Konsep ini mengandalkan pemberian otonomi yang luas kepada sekolah dalam menyelenggarkan pendidikan. Partisipasi aktif masyarakat dalam pendidikan dikembalikan kepada kebutuhan masyarakat, orang tua dan pemerintah daerah.
Perubahan paradigma pada dunia pendidikan di Indonesia yang bernuansa reformatif ini menurut analisis Bank Dunia di latar belakangi oleh kondisi : (1) kepala sekolah tidak memiliki kewenangan yang cukup dalam mengelola keuangan sekolah yang dipimpinnya; (2) kemampuan manajemen kepala sekolah pada umumnya rendah terutama di sekolah negeri: (3) pola anggaran tidak memungkinkan bagi guru yang berprestasi baik bisa memperoleh insentif; dan (4) peran serta masyarakat sangat kecil dalam pengelolaan sekolah.
Atas dasar kelemahan–kelemahan tersebut di atas maka tujuan pelaksanan manjememen berbasis sekolah diharapkan dapat menutupi kelemahan–kelemahan selama ini. Sebagaimana tercantum pada buku: Pedoman Implmentasi MBS di Jawa Barat disebutkan bahwa implementasi manjemen berbasis sekolah memiliki tujuan sebagai berikut : (1) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dalam inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia: (2) meningkatkan kepedulian warga negara sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaran pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama; (3) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah dan pemerintah tentang mutu sekolah; (4) meningkatkan kompetisi yang sehat antar – sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.